Minggu, 06 Februari 2011

KEUTAMAAN ILMU DAN KEUTAMAAN AHLINYA


1__ Firman Allah Ta`ala:
31.         Dan Allah mengajarkan kepada Adam nama nama keseluruhannya, kemudian Dia memperlihatkan mereka (sesuatu yang telah diajarkan namanya kepada Adam) pada malaikat, lalu Allah berfirman: "Beritahukanlah pada-Ku nama-nama mereka jika kalian memang benar".
32.         Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, kami tidak punya ilmu kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
33.         Allah berfirman: "Wahai Adam, beritahukanlah pada mereka (malaikat) nama-nama mereka" Tatkala Adam telah memberitahukan nama-nama mereka, maka Allahpun berfirman: "Bukankah sudah Aku katakan pada kalian, sesungguhnya Aku mengetahui yang ghaib di langit dan di bumi, dan Aku mengetahui apa-apa yang kalian nampakkan dan apa-apa yang kalian sembunyikan." (Qs Al Baqarah)

          Al Qurthubi rhm berkata menafsirkan ayat di atas: (Dalam firman Allah Ta`ala  قال ياآدم أنبئهم بأسمائهم "Wahai Adam, beritahukanlah pada mereka (malaikat) nama-nama mereka" terdapat 5 masalah di dalamnya:
Pertama: Firman Allah Ta`ala أنبئهم بأسمائهم "beritahukanlah pada mereka (malaikat) nama-nama mereka" Allah memerintah Adam untuk memberitahukan pada para malaikat nama-nama mereka setelah mereka --yakni sesuatu yang nama-namanya telah diajarkan kepada Adam-- diperlihatkan ke hadapan malaikat, supaya malaikat tahu bahwa Allah lebih mengetahui apa yang telah Dia tanyakan pada mereka tentangnya, mengingatkan akan keutamaan Adam dan ketinggian kedudukannya. Adalah Adam lebih utama daripada mereka, lantaran Allah mengajukannya ke hadapan mereka dan membuat mereka bersujud kepadanya, dan menjadikan mereka sebagai murid-muridnya dan memerintahkan mereka untuk belajar darinya. Maka Adampun memperoleh pangkat kemuliaan dan keagungan, begitu Allah menjadikan para malaikat bersujud padanya, karena keistimewaan ilmu yang dimilikinya.
Kedua:  Di dalam ayat ini terdapat dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu dan keutamaan ahlinya. Dalam sebuah hadits disebutkan:
"Sesungguhnya para malaikat benar-benar merendahkan sayap-sayapnya, karena ridha terhadap orang yang menuntut ilmu"
Yakni tunduk dan merendahkan diri. Malaikat melakukan hal itu khususnya kepada ahli ilmu di antara segenap makhluk ciptaan Allah, oleh karena Allah telah mewajibkan mereka melakukannya pada diri Adam As, sehingga merekapun membuat diri mereka  beradab dengan adab tersebut. Setiap kali nampak oleh mereka satu ilmu pada diri anak manusia, maka malaikat tunduk dan merendahkan diri padanya, sebagai pemuliaan terhadap ilmu dan ahlinya, dan sebagai wujud keridhaan terhadap mereka yang menuntutnya dan menekuninya. Inilah adab malaikat terhadap orang-orang yang menuntut ilmu, lantas bagaimana halnya dengan para pendeta mereka dan para ulama di kalangan mereka! Mudah-mudahan Allah menjadikan kita termasuk di antara mereka dan di kalangan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia yang besar)  Tafsir Al Qurthubi  I/288-289.
2__ Firman Allah Ta`ala:
وأنزل الله عليك الكتاب والحكمة وعَلَّمك مالم تكن تعلم، وكان فضل الله عليك عظيما
"Dan Allah telah menurunkan Al Kitab dan Al Hikmah kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu." (Qs An Nisaa` 113)
          Ayat di atas dengan nashnya menunjukkan keutamaan ilmu, berdasarkan firman Allah Ta`ala  وعَلَّمك مالم تكن تعلم --dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui--. Dan Allah Ta`ala mensifati ilmu ini dengan karunia yang besar, dengan firman-Nya  وكان فضل الله عليك عظيما --Dan adalah karunia Allah sangat besar atasmu--
          Sebagaimana Allah Ta`ala telah menganugerahkan pada Nabi-Nya Saw. nikmat ilmu, maka demikian pula, Allah juga menganugerahkan nikmat ilmu tadi kepada Nabi-nabi yang lainnya. Allah Ta`ala berfirman menuturkan tentang Ibrahim As:
يا أبت إني قد جاءني من العلم مالم يأتك فاتبعني أهدك صراطا سويا
"Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus." (Qs Maryam 43)
Allah Ta`ala berfirman menuturkan tentang Ya`qub As:
وإنه لذو علم لما عَلَّمناه، ولكن أكثر الناس لا يعلمون
"Dan sesungguhnya dia benar-benar memiliki ilmu, karena Kami telah mengajarkan kepadanya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Qs Yusuf 68)
Allah Ta`ala berfirman menuturkan tentang Yusuf As:
وكذلك يجتبيك ربك ويعلمك من تأويل الأحاديث
"Dan demikianlah Tuhanmu memilih kamu (menjadi Nabi) dan mengajarkan kepadamu sebagian dari ta`bir-ta`bir mimpi." (Qs Yusuf 6)
Allah Ta`ala berfirman menuturkan tentang Dawud As:
وآتاه الله الملك والحكمة وعلّمه ممايشاء
"Dan Allah memberikan padanya kekuasaan dan hikmah dan mengajarkan padanya sebagian dari apa yang dikehendaki-Nya" (Qs Al Baqarah 251)
Allah Ta`ala berfirman menuturkan tentang Sulaiman As:
وَوَرِثَ سليمان داود، وقال ياأيها الناس عُلِّمنا منطق الطير وأوتينا من كل شئ إن هذا لهو الفضل المبين
"Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan dia berkata: "Hai manusia, kami telah diajari bahasa percakapan burung dan kami telah diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata."  (Qs An Naml 16)
Allah Ta`ala berfirman menuturkan tentang `Isa As:
إذ قال الله ياعيسى بن مريم اذكرنعمتى عليك وعلى والدتك، إذ أيدتك بروح القدس تكلم الناس في المهد وكهلا، وإذ علمتك الكتاب والحكمة والتوارة والإنجيل
"(Ingatlah) ketika Allah mengatakan: "Hei `Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan ruhul qudus. Kamu dapat bicara dengan manusia semasa masih dalam buaian dan sesudah dewasa. Dan (ingatlah) di waktu Aku mengajarkan padamu Al Kitab dan Al Hikmah serta Taurat dan Injil" (Qs Al Maa-idah 110)
          Sebagaimana Allah Ta`ala telah menganugerahkan nikmat ilmu kepada para Nabi-Nya, maka demikian pula, Dia juga menganugerahkan nikmat ilmu tadi kepada para hamba-Nya yang beriman, pengikut para Nabi `alihimus salaam.
Allah Ta`ala berfirman:
"Dan agar Aku sempurnakan nikmat-Ku atasmu sekalian, dan supaya kalian mendapat petunjuk.
Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepada kalian) Kami telah mengutus ke tengah-tengah kalian seorang Rasul di antara kalian, yang membacakan kepada kalian ayat-ayat Kami dan mensucikan kalian dan mengajarkan kepada kalian Al Kitab dan Al Hikmah, dan mengajarkan kepada kalian apa yang belum kalian ketahui." (Qs Al Baqarah 150-151)
3__ Firman Allah Ta`ala:
وقل ربِّ زدنى علما
"Dan katakanlah (Muhammad): "Wahai Tuhanku tambahkanlah kepadaku ilmu" (Qs Thaahaa 114)
          Al Bukhari rhm menyebut ayat ini dalam "Bab: Keutamaan ilmu" pada permulaan Kitab Ilmu dari Shahihnya. Ibnu Hajar rhm mengatakan: (Firman Allah `Azza wa Jalla  " وقل ربِّ زدنى علما " Jelas-jelas menunjukkan keutamaan ilmu, oleh karena Allah Ta`ala tidak memerintah Nabi-Nya Saw. untuk minta tambahan sesuatu selain ilmu. Adapun yang dimaksud dengan ilmu di sini ialah: "Ilmu syar`i yang menunjukkan pengetahuan tentang apa yang wajib diketahui oleh seorang mukallaf dari perkara agamanya dalam ibadah-ibadahnya dan mu`amalah-mu`amalahnya, dan ilmu tentang Allah serta sifat-sifat-Nya, dan apa yang wajib dikerjakan dengan perintah-Nya dan pensucian-Nya dari segala cacat kekurangan. Adapun poros ilmu tersebut berpusat pada tafsir, hadits dan fiqh." (Fathul Baari I/141)
4__ Firman Allah Ta`ala:
فوجدا عبداً من عبادنا آتيناه رحمة من عندنا وعلمناه من لدنا علما، قال له موسى هل أتبعك على أن تعلمن ِمما عُلِّمت رشداً
"Lalu keduanya bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
Musa berkata padanya: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"  (Qs Al Kahfi 65-66)
          Ayat-ayat ini mengisahkan tentang Musa dan Khidhir `Alaihimas Salaam. Ia serupa dengan ayat sebelumnya yang mengisahkan tentang diri Nabi Nabi kita Saw. "Dan katakanlah (Muhammad): "Wahai Tuhanku tambahkanlah kepadaku ilmu". Di sini Musa As juga mencari tambahan ilmu syar`i. Dia berupaya mendapatkan ilmu itu dan mencarinya, walaupun dari orang yang lebih rendah keutamaannya darinya.
          Rasulullah Saw. mengisahkan: "Ketika Musa sedang berada di tengah-tengah sekumpulan orang-orang Bani Israel, tiba-tiba seorang lelaki datang padanya, lalu berkata: "Apakah kamu tahu orang yang lebih tahu daripadamu?" Musa menjawab: "Tidak" Maka Allah mewahyukan kepada Musa: "Ya ada, hamba Kami Khidhir." Lalu Musa menanyakan jalan untuk menemui Khidhir. Maka Allah menjadikan untuknya seekor ikan sebagai petunjuk. Lalu dikatakan padanya: "Jika kamu kehilangan ikan itu, maka kembalilah, karena sesungguhnya kamu akan menemuinya. Dan adalah Musa mengikuti jejak ikan tersebut di laut. Lalu pemuda muridnya mengatakan padanya: "Tahukah kamu, tatkala kita mencari tempat berlindung ke batu cadas tadi, maka aku lupa (memberitahukan tentang) ikan itu. Dan tidak ada yang melalaikanku untuk memberitahukannya kecuali syetan" Maka Musa berkata: "Itulah tempat yang kita cari." Lalu keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula. Lalu keduanya bertemu dengan Khidhir. Adalah kisah kedua orang tadi, seperti yang dituturkan Allah `Azza wa Jalla dalam Kitab-Nya." Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bukhari (no 74)
          Kisah Nabi Saw. di atas jelas-jelas menunjukkan keutamaan ilmu, mengingat Musa As rela pergi untuk mencari ilmu, kendati ia termasuk di antara  Rasul Ulil `Azmi, meskipun dari orang yang lebih rendah keutamaannya darinya, yakni Khidhir. Dalam membandingkan keduanya, Ibnu Hajar rhm mengatakan: "Khidhir, meskipun dia seorang Nabi, maka dia bukanlah seorang Rasul menurut kesepakatan (ahli ilmu).  Sedangkan seorang Rasul lebih utama daripada seorang Nabi yang bukan Rasul. Taruhlah seandainya kita menerima Khidhir sebagai seorang Rasul. Maka risalah Musa lebih besar dan ummatnya lebih banyak, maka dia lebih utama. Paling jauh kedudukan Khidhir, adalah menjadi seorang Nabi di antara Nabi-nabi Bani Israel, dan Musa adalah paling utama di antara mereka. Dan jika kita mengatakan bahwa Khidhir bukan seorang Nabi tapi seorang wali, maka seorang Nabi adalah lebih utama daripada seorang wali. Ini termasuk perkara yang pasti menurut akal dan naqal. Dan orang yang menyelisihi perkara ini adalah kafir, sebab ia adalah perkara yang diketahui dengan pasti datang dari syara`)  Fathul Baari I/221.
5__ Firman Allah Ta`ala:
شهد الله أنه لاإله إلا هو والملائكة وأولوا العلم قائما بالقسط لاإله إلا هو العزيز الحكيم
"Allah menyaksikan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan, dan para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyaksikan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia." (Qs Ali `Imran 18)
          Ibnul Qayyim rhm berkata --menafsirkan ayat di atas--: (Allah Swt minta kepada orang-orang berilmu untuk bersaksi atas perkara terbesar yang -mesti- dipersaksikan atasnya, yakni pentauhidan-Nya. Allah Ta`ala berfirman:شهد الله أنه لاإله إلا هو والملائكة وأولوا العلم قائما بالقسط  Ini menunjukkan keutamaan ilmu dan ahlinya dari beberapa sisi. Pertama: Allah meminta mereka menjadi saksi, bukan kepada manusia selain mereka. Kedua: Digandengkannya kesaksian mereka dengan kesaksian Allah. Ketiga: Digandengkannya kesaksian orang-orang berilmu dengan kesaksian malaikat-Nya. Keempat: Bahwa dalam kandungan ayat ini terdapat penyucian terhadap mereka dan pernyataan bahwa mereka adalah orang-orang yang adil. Karena Allah tidak akan meminta kesaksian dari makhluk ciptaan-Nya kecuali yang adil. Dan tentang hal ini ada atsar yang masyhur datang dari Nabi Saw.:
"Akan memikul ilmu ini dari setiap generasi pengganti, orang-orang adilnya, mereka menghilangkan daripadanya penyimpangan orang-orang yang melampaui batas, klaim pengakuan para pendusta (yang mengaku berilmu) dan penakwilan orang-orang bodoh"
__sampai dengan perkataannya-- Keenam: Bahwasanya Allah Swt minta kesaksian pada diri-Nya sendiri, dan Dia adalah sebesar-besar saksi, kemudian pada sebaik-baik makhluk ciptaan-Nya, mereka adalah para malaikat-Nya dan para ulama di antara hamba-hamba-Nya. Maka cukuplah permintaan Allah pada mereka untuk menjadi saksi ini, sebagai bukti yang menunjukkan keutamaan dan kemuliaan mereka.) Miftaah Daarus Sa`aadah, oleh Ibnul Qayyim rhm hal: 48-49.
          Al Qurthubi rhm berkata: "Dalam ayat ini terdapat dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu dan kemuliaan ulama serta keutamaan mereka. Sebab jika seandainya ada orang yang lebih mulia daripada ulama, niscaya Allah akan menggandengkan --nama-- mereka dengan nama-Nya dan nama malaikat-Nya, sebagaimana Allah telah menggandengkan nama ulama --dengan nama-Nya--" Tafsir Al Qurthubi IV/41.
          Abu Hamid Al Ghazali rhm, mempunyai perkataan yang hampir mirip dengan perkataan di atas, saat menafsirkan ayat ini (Al Ihyaa` `Uluumud-diin I/15)
6__ Firman Allah Ta`ala:
قل هل يستـــوي الذين يعلمون والذين لايعلمون، إنما يتذكر أولوا الألباب
"Katakanlah "Apakah sama, orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Hanyasanya orang-orang yang berakal sajalah yang bisa mengambil pelajaran" --Yakni tahu membedakan yang ini dan yang itu, tafsir Ibnu Katsir--  (Qs Az Zumar 9)
          Ibnul Qayyim rhm berkata: ( Sesungguhnya Allah Swt menafikan penyamaan antara ahli ilmu dan dengan yang lain, sebagaimana Dia menafikan penyamaan antara para penghuni surga dan para penghuni neraka. Allah Ta`ala berfirman: لايستوى أصحاب النار وأصحاب الجنة "Tidaklah sama antara penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga" Ini menunjukan kepada puncak keutamaan dan kemuliaan mereka.)   Miftaah Daarus Sa`aadah  hal: 49)
7__  Firman Allah Ta`ala:
"Apakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar, sama seperti orang yang buta. Hanyasanya orang-orang yang berakal sajalah yang dapat mengambil pelajaran." (Qs Ar Ra`d 19)
          Ibnul Qayyim rhm berkata: "Sesungguhnya Allah Ta`ala telah menjadikan orang-orang yang bodoh sekedudukan dengan orang-orang buta yang tidak bisa melihat. Allah berfirman: "Apakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar, sama seperti orang yang buta?" Tidak ada di sana kecuali orang yang alim atau orang yang buta. Allah Ta`ala telah menyebut orang-orang bodoh sebagai orang yang bisu, tuli dan buta, lebih dari satu tempat dalam Kitab-Nya." Miftaah Daarus Sa`aadah hal: 49)
8 __ Firman Allah Ta`ala:
وكذلك أوحينا إليك روحاً من أمرنا ما كنت تدري ما الكتاب ولا الإيمان ولكن جعلناه نوراً نهدي به من نشاء من عبادنا، وإنك لتهدي إلى صراط مستقيم
"Dan demikianlah telah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al Qur`an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidak mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur`an) itu, dan tidak pula mengetahui apakah iman itu? Tetapi Kami menjadikan Al Qur`an itu cahaya, yang dengan cahaya itu Kami menunjuki siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk ke jalan yang lurus." (Qs Asy Syuura 52)
          Allah Swt menyebut apa yang Dia wahyukan kepada Nabi-Nya dengan nama "Ruh". Dan Dia telah mewahyukan ilmu kepadanya, sebagaimana firman-Nya: "Maka siapa yang membantahmu di dalamnya (tentang kisah `Isa) sesudah datang ilmu kepadamu" (Qs Ali `Imran 61) Semakin bertambah nasib keberuntungan seorang hamba dalam mendapatkan ilmu, maka semakin bertambah pulalah nasib keberuntungannya dalam mendapatkan cahaya petunjuk, yang dengan cahaya petunjuk itu dia bisa membedakan antara yang hak dan yang batil. Allah Ta`ala berfirman: "Dan apakah orang yang semula mati kemudian Kami hidupkan dia dan Kami berikan padanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan  di tengah-tengah masyarakat manusia, sama seperti orang yang berada dalam gelap gulita yang sekali-kali dia tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan." (Qs Al An`aam 122)  Ini semua terdapat pada ilmu yang bermanfaat yang mendorong seseorang kepada sikap khasy-yah (takut) dan takwa. Allah Ta`ala berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepada kalian dua bagian, dan menjadikan untuk kalian cahaya, yang dengan cahaya itu kalian dapat berjalan dan Dia mengampuni kalian. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang." (Qs Al Hadiid 28)
9__ Firman Allah Ta`ala:
"Mereka (orang-orang Yahudi dan Nashrani) berkata: "Allah mempunyai anak" Maha Suci Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya, kepunyaan-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada di sisi kalian hujjah tentang ini. Pantaskah kalian mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui?"  (Qs Yunus 68)
          Allah Ta`ala menyebut ilmu dan hujjah di dalam ayat ini dengan kata "Sulthan". Allah meminta orang-orang kafir untuk memberikan hujjah atas dakwa pengakuan mereka إن عندكم من سلطان بهذا "Tidak ada di sisi kalian hujjah tentang ini". Dan Allah mengingkari dakwa pengakuan mereka yang tidak disertai dengan ilmu أتقولون على الله مالا تعلمون "Pantaskah kalian mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui?"
          Serupa dengan ayat di atas adalah firman Alllah Ta`ala:  "Apakah kalian hendak membantah Aku dalam soal nama-nama (berhala) yang kalian dan nenek moyang kalian menamakannya, sedangkan Allah sama sekali tidak menurunkan hujjah atasnya?" (Qs Al A`raaf 71). Allah Ta`ala berfirman:
"Dan mereka menyembah selain Allah, apa yang Allah tidak menurunkan hujjah keterangan dengannya, dan apa yang mereka tidak mempunyai ilmu tentangnya" (Qs Al Hajj 71)

Allah Ta`ala berfirman:
151.    Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka di antara kebohongan mereka, adalah benar-benar mengatakan:
152.    "Allah beranak". Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta.
153.    (Dengan alasan) Apakah Tuhan memilih  anak-anak perempuan daripada anak laki-laki?
154.    Tidakkah kalian (punya akal untuk memikirkan) bagaimana kalian memutuskan.
155.    Maka apakah kalian tidak memikirkan?
156.    Atau apakah kalian punya hujjah yang nyata?
157.    Maka datangkanlah kitab  kalian jika kalian memang orang-orang yang benar.  (Qs Ash Shaaffaat)
          Pada masing-masing ayat di atas, datang kata "Sulthan" dengan makna ilmu dan hujjah. Allah mencela orang-orang musyrik atas perbuatan syirik mereka tanpa dasar hujjah dan meminta mereka supaya menunjukkan hujjah mereka terhadap sesuatu yang mereka ada-adakan.
          "Faedah" datangnya kata "Sulthan" di dalam Al Qur`an dengan kedua maknanya, yang pertama: Dengan makna ilmu dan hujjah, adalah sebagaimana tersebut dalam ayat-ayat di muka. Yang kedua: Dengan makna kekuatan dan kekuasaan, adalah sebagaimana dalam firman Allah Ta`ala: واجعل لى من لدنك سلطانا نصيراً "Dan berikanlah untukku dari sisi Engkau, kekuasaan yang menolong" (Qs Al Israa` 80) Dan firman Allah Ta`ala: "Barangsiapa dibunuh secara zhalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya"(Qs Al Israa` 33). Sebagian besar kata Sulthan yang datang dalam Al Qur`an adalah dengan makna pengertian yang pertama, yakni hujjah. Kedua makna ini kembali kepada satu makna. Kedunya merupakan pecahan dari kata السَّلاطة, maknanya ialah dapat mengalahkan. Bisa jadi mengalahkan dengan hujjah, dan bisa jadi mengalahkan dengan kekuatan fisik.  Lihat (Al Mufradaat, tulisan Ar Raghib Al Ashfahani hal: 238)
          Ibnul Qayyim rhm berkata: (Maksud bahwa Allah Swt menamai ilmu dan hujjah dengan istilah "sulthan", oleh karena hujjah tadi memberikan kekuasaan dan kekuatan pada pemiliknya. Dan dengan hujjah itu dia mempunyai kekuasaan atas orang-orang bodoh, bahkan sulthan ilmu itu lebih besar (dampak pengaruhnya) daripada sulthan tangan/kekuatan. Maka dari itu manusia bisa tunduk kepada hujjah pada saat mana mereka tidak tunduk kepada tangan. Sesungguhnya hujjah itu menundukkan hati sedangkan tangan cuma menundukkan badan. Hujjah bisa menawan hati, menggiringnya dan menghinakan lawannya, meski ia menampakkan penentangan dan kekeras kepalaan, tapi hatinya tunduk padanya, hina dan kalah di bawah sulthannya. Bahkan sulthan pangkat, jika tidak disertai dengan ilmu yang bisa mengendalikannya, yang mana ia sederajat dengan sulthan binatang buas dan singa serta hewan-hewan lain yang semisalnya, maka sulthan itu hanyalah kekuatan tanpa ilmu dan tanpa belas kasih, sebaliknya halnya dengan sulthan hujjah, maka sesungguhnya ia adalah kekuatan dengan ilmu, belas kasih dan kebijaksanaan) Miftaah Daarus Sa`aadah  I/59.
          Mengingat bahwa ilmu adalah kekuasaan, maka sesungguhnya para pemiliknya (yakni ulama) adalah para pemilik kekuasaan yang sejati dan kepemimpinan yang hakiki atas manusia. Abul Aswad Ad Duali berkata: (Tidak ada sesuatu yang lebih kuat/mulia daripada ilmu. Para raja adalah pemimpin manusia, sedangkan ulama adalah pemimpinnya para raja)  Ihyaa` `Uluumuddiin I/XVIII. Yang menunjukkan kebenaran dari perkataan ini ialah:
1- Firman Allah Ta`ala:
وإذا جاءهم أمر من الأمن أو الخوف أذاعوا به، ولو ردّوه إلى الرسول وإلى أولي الأمــر منهم لعلمه الذين يستنبطونه منهم، ولولا فضل الله عليكم ورحمته لاتبعتم الشيطان إلا قليلا
"Dan apabila datang pada mereka suatu khabar berita tentang keamanan atau ketakutan, maka merekapun menyebar luaskannya. Dan kalaulah mereka mengembalikan khabar berita itu kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, niscaya akan mengetahui orang yang menggalinya --mencari kebenaran khabar berita itu -- dari mereka" Qs An Nisaa` 83)
          Nash ini menerangkan bahwa ulama (yang menggalinya, yakni mencari kebenaran khabar berita tersebut) dari Ulil Amri yang mana sudah seharusnya kasus-kasus persoalan dan perkara mereka itu dikembalikan kepada mereka (Ulil Amri). Maka dari itu Ibnu Taimiyah rhm mengatakan bahwa ulama dan umaro`, kedua golongan ini termasuk Ulil Amri yang disebut dalam firman Allah Ta`ala: ياأيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم "Wahai orang-orang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul dan Ulil Amri di antara kalian" (Qs An Nisaa` 59)
          Ibnu Taimiyah berkata: (Maka dari itu, Ulil Amri itu terdiri dari dua golongan: Ulama dan umaro`. Apabila mereka baik, maka baiklah manusia. Dan apabila mereka rusak, maka rusaklah manusia)  Majmuu` Fatawa XXVIII/180. Dan perkataan senada terdapat dalam (kitab Majmuu` Fatawa Juz: X/ hal: 354-355  dan Juz: I hal: 551-552).  Kedua penafsiran ini datang dari sahabat, menurut perkataan Ibnu Hajar: (Ada perbedaan pendapat dalam memahami maksud kata Ulil Amri dalam ayat di atas. Dari Abu Hurairah, dia berkata: Mereka adalah umaro`.  Hadits ini ditakhrij oleh Ath Thabari dengan isnad shahih. Dan dia mentakhrij pula dari Maimun bin Mihran serta dari yang lain hadits yang senada dengannya. Dan dari Jabir bin `Abdullah, dia berkata: "Mereka adalah orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang baik", dan dari Mujahid dan `Atha' dan Al Hasan serta Abul `Aliyah: "Mereka adalah ulama")  Fathul Baari juz: VIII hal: 254.
11__ Dan di antara keutamaan ilmu adalah bahwa keutamaannya tak hanya diperoleh oleh manusia saja tapi juga binatang. Allah Ta`ala tidak mempersamakan anjing yang pandai (terlatih) dengan anjing yang bodoh (tidak terlatih), sebagaimana Allah tidak mempersamakan antara orang yang alim dengan orang yang bodoh. Adapun penjelasan dari pernyataan ini terdapat pada perkataan Ibnul Qayyim rhm: (Sesungguhnya Allah Swt menjadikan (hewan) buruan anjing yang bodoh sebagai bangkai yang haram dimakan, dan membolehkan buruan anjing yang telah terlatih. Ini juga termasuk kemuliaan ilmu, bahwasanya tidak dibolehkan memakan buruan anjing kecuali buruan anjing yang pandai. Adapun anjing yang bodoh, maka tidak halal memakan hasil buruannya. Maka ini menunjukkan kemuliaan ilmu dan keutamaannya. Allah Ta`ala berfirman: يسألونك ماذا أحل لهم قل أحل لكم الطيبات وماعلمتم من الجوارح مكلبين تعلمونهن مما علمكم الله فكلوا مما أمسكن عليكم واذكروا اسم الله عليه واتقوا الله إن الله سريع الحساب  "Mereka menanyakan padamu: "Apa yang dihalalkan bagi mereka?" Katakanlah: "Dihalalkan bagi kalian (makanan) yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatihnya berburu, menurut apa yang telah diajarkan Allah kepada kalian. Maka makanlah dari apa yang mereka tangkap untuk kalian, dan sebutlah nama Allah atas binatang itu (waktu melepasnya). Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya" (Qs Al Maa-idah 4)   Jadi kalaulah bukan karena keistimewan ilmu dan ta`liim/pengajaran serta kemuliaan ilmu dan ta`liim, niscaya buruan anjing yang terlatih dengan anjing yang bodoh adalah sama)  Miftaah Daarus Sa`aadah I/55.
          Inilah sebagian dalil-dalil dari Kitabullah Ta`ala yang menunjukkan keutamaan ilmu dan keutamaan ahlinya, kemudian saya melangkah ke tahapan berikutnya,  yakni menyampaikan dalil-dalil dari As Sunnah.

Refrensi:
1.     Al Qur’anul Karim
2.     Kitab Al Jami’ Fie Tolabil Ilmi Asy-Syarif
3.     Sululana.co.cc




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Welcome to Al-Ausath Digital Network and Enjoy it!!!

DOWNLOAD MARS NIHAIE 2010

Wah skarang niha'i 2010 ada Mars nya & Videonya.. yang mau bisa di download disini lo??? belom tau kan?? tinggal klik bagi yang mau download yang gak ya gak usah gak papa, tapi bagus lo, klo di dengerin tu bikin terkenang ma pondok juga ma temen temn ntar klo kita pas Niha'i.... nie link Downloadnya:
Download Mars Nihai 2010 (Inspirasi Tertindaz)
klo ini link untuk Download Videonya:
Download Videonya